Kehadiran Mahasiswa di Kelas, Kebutuhan atau Kewajiban



 

Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang dibekali akal pikiran, dan hal itulah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Namun akal yang senantiasa digunakan untuk berpikir akan terbiasa memecahkan masalah daripada akal yang jarang digunakan. Bagai sebilah pedang, semakin sering diasah semakin tajam, sebaliknya jika jarang diasah akan tumpul dan berkarat.

Masa muda adalah masa yang tepat untuk mengasah kemampuan berpikir. Karena disaat-saat itu merupakan saat puncak kemampuan manusia. Bagaimanapun juga kemampuan otak kita mempunyai batas. Semakin tua umur kita maka semakin melemah pula kinerja otak kita. Oleh sebab, selagi kita masih muda, untuk memanfaatkan waktu yang kita miliki dan memaksimalkan apa yang telah diberikan kepada kita.

Belajar merupakan salah satu cara mengasah kemampuan akal pikiran. Dengan belajar yang tekun, serta rajin membaca akan membuat kita menjadi lebih berwawasan luas serta dapat dengan mudah menyerap segala hal yang bermanfaat. Naming, kapasitas dan kemampuan masing-masing individu berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu muncul istilah pandai dan bodoh. Padahal hanya terdapat sedikit perbedaan antara dapat memahami dengan cepat atau memakan waktu yang lebih lama. Dan persoalan sebenarnya hanyalah terletak pada malas atau rajinnya seseorang.

Dalam pembelajaran tingkat  universitas, mahasiswa tetap dihadapkan pada permasalahan yang sama. Yaitu pilihan antara rajin atau malas. Tak sedikit mahasiswa Indonesia memilih malas daripada rajin. Bibit-bibit kemalasan ini dibawa dari SMA dan semakin dipupuk dengan adanya sistem pembelajaran yang cukup kontras antara kuliah dan sekolah. Dalam perkuliahan, yang malas akan bertambah malas. Hal tersebut dikarenakan kurang beradaptasi tehadap keadaan yang ada, yaitu mahasiswa dituntut untuk mandiri. Jika rasa malas ini terus dipelihara, maka mahasiswa tersebut akan mengalami masalah yang semakin besar.

Ditambah dengan faktor-faktor budaya Indonesia yang telah turun temurun dan mempengaruhi pola pikir para mahasiswa. Faktor-faktor tersebut seperti sifat ingin berhasil namun tanpa bekerja keras. Hanya ingin enaknya saja, tanpa mau bersusah payah. Sifat tersebut menimbulkan kurang termotifasi dan kurang suka berusaha atau bekerja keras. Sifat yang lain ialah sifat nrimo, yaitu sifat menerima apa adanya. Semua sudah ada yang menentukan. Namun hal tersebut akan menimbulkan sifat pesimistis. Tak bersemangat. Serta kurang optimis dalam menghadapi segala hal. Dan sifat-sifat tersebut terbawa hingga ke perkuliahan.

Kebanyakan mahasiswa berorientasi nilai, bukan ilmu. Mereka lebih mementingkan mendapat nilai yang baik daripada memperoleh ilmu yang banyak dan bermanfaat. Dan menganggap kalau perkuliahan hanya sebuah batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga mempunyai anggapan kalau sarjana yang lulus dengan nilai coumlaude akan lebih mudah memperoleh pekerjaan daripada mahasiswa yang lulus dengan nilai pas-pasan. Dan tidak jarang dalam proses untuk memperoleh hasil yang baik tersebut justru melakukan tindakan yang jauh dari baik atau negatif. Seperti mencontek, menjiplak, plagiat, titip absen, dan kecurangan-kecurangan yang lain.

Terkadang orang salah persepsi mengenai kehadiran mahasiswa di kelas. Anggapan mereka, jika mahasiswa rajin berangkat dan rutin mengikuti kelas, dianggap sebagai mahasiswa yang tekun, rajin, pandai serta pantas mendapat nilai tinggi. Padahal dalam realitasnya belum tentu demikian. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk hadir di kelas. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1.      Absensi

Karena pihak dosen atau universitas memberikan peraturan umtuk kehadiran mahasiswa minimal 75%, maka para mahasiswa menjadi berpikiran kuliah hanyalah memenuhi absensi semata.

2.      Nongkrong

Sebagai makhluk sosial, mahasiswa juga memerlukan pergaulan diantara sesama mahasiswa. Para mahasiswa memiliki kesempatan berkumpul pada jadwal kuliah yang sama, disana mereka dapat bertemu dengan teman-temannya. Karena selain kuliah mahasiswa juga disibukkan oleh kesibukan-kesibukan lain. Hanya di perkuliahanlah mereka dapat bertemu dengan teman sebayanya.

3.      Janjian

Selain kegiatan kuliah, ada beberapa mahasiswa yang memanfaatkan pertemuan itu untuk janjian, baik janjian dengan pacar, temen, bahkan untuk transaksi bisnis.

4.      Kegiatan penghibur

Sering para mahasiswa menjadikan perkuliahan sebagai media penghibur. Karena ada beberapa dosen yang kocak, lucu, dan suka melawak. Dan juga para mahasiswa yang berasal dari luar kota berpikiran, daripada menganggur di kos-kosan tanpa kerjaan, lebih baik kuliah dan mendapatkan kesenangan tersendiri.

5.      Ketertarikan akan ilmu

Suatu ilmu pengetahuan kadang memiliki daya tarik tersendiri. Mahasiswa yang tertarik pada suatu ilmu, akan menghadiri kuliah dengan senang. Karena mereka tertarik akan ilmu yang diajarkan dalam perkuliahan tersebut dan tidak akan melewatkannya. Hanya saja tidak semua ilmu dianggap menarik oleh mahasiswa. Hal tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh cara dosen memberikan arahan yang kurang menyenangkan.

6.      Tujuan-tujuan yang lain

Dan tujuan-tujuan yang lain senantiasa menemani mahasiswa masuk kuliah. Seperti kuliah untuk promosi suatu produk tertentu, atau untuk mencari teman atau pacar, untuk mencari perhatian dosen agar mendapat nilai baik, untuk mendapatkan uang saku karena kalau tidak berangkat kuliah tidak diberi uang saku, atau untuk hal-hal yang lain.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut jelaslah bahwa memperoleh ilmu bukan satu-satunya tujuan dalam mengikuti kuliah di kelas. Dan faktor yang menonjol ialah untuk memenuhi kuota absensi 75% kehadiran, yang ditujukan agar tidak memperoleh nilai D atau E. maka timbullah pertanyaan. Mengapa mahasiswa takut terhadap nilai jelek?

Sebagian besar mahasiswa menjawab, mereka takut memperoleh nilai jelek karena mereka tidak mau mengulang mata kuliah yang sama. Ada yang berpendapat mengulang itu adalah suatu pemborosan baik pemborosan materi maupun pemborosan waktu dan tenaga. Ada pula yang berpendapat tidak mau mengulang karena gengsi, karena bagi mereka mengulang itu berarti bodoh.

Namun disisi lain, beberapa mahasiswa merasa sudah paham dengan materi yang diajarkan. Mereka tidak mau berangkat kuliah atau berangkat kuliah namun hanya berangkat saja, tanpa memperhatiakan apa yang disampaikan oleh dosen. Atau mereka berangkat hanya untuk mengisi absensi lalu pulang setelah itu. Bagi mereka, mau mengikuti kelas atau tidak itu hak mereka. Mereka telah membayar SPP dan beranggapan memiliki hak untuk tidak berangkat kuliah di kelas.

Hanya sedikit mahasiswa yang sadar makna kehadiran di kelas itu sesungguhnya. Sebagai sebuah kebutuhan pribadinya untuk menuntut ilmu, daripada sekedar kewajiban sebagai seorang mahasiswa.

Namun dibalik itu semua, para mahasiswa belum menyadari kalau pendidikan adalah sebuah hak. Hak individu yang diakui oleh negara. Mereka kurang memanfaatkan hak tersebut sebagaimana mestinya. Mereka kurang berpikir kalau masih banyak warga negara Indonesia seusia mereka yang belum dapat mengenyam pendidikan setinggi itu, yang dikarenakan oleh faktor ekonomi ataupun faktor-faktor yang lain. Jadi alangkah baiknya jika mahasiswa mensyukuri kesempatan tersebut dengan belajar rajin dan tekun dalam mencapai citanya.

Dalam perkuliahan sering terjadi salah paham, mengenai makna kewajiban seorang mahasiswa mengikuti kelas. Seperti dengan pendidikan tingkat sebelumnya, tingkat universitas juga mewajibkan mahasiswanya untuk menghadiri kuliah. Walaupun pada prakteknya tidak sekeras saat SMA dulu. Di jenjang perkuliahan mahasiswa tidak akan di kejar-kejar untuk mengikuti perkuliahan. Karena mahasiswa sudah dianggap dewasa dalam berpikir dan bertindak. Mahasiswa harus sadar jika tidak hadir maka yang rugi adalah mahasiswa itu sendiri. Sedangkan sebagian mahasiswa berpendapat, jika kebebasan tersebut merupakan sebuah pilihan. Yaitu bebas untuk tidak berangkat.

Sedangkan yang perlu ditanamkan kepada mahasiswa sekarang ini ialah menumbuhkan semangat kebutuhan akan ilmu. Bukan nilai yang dicari, namun ilmu. Nilai hanyalah sebuah konsekuensi. Jika belajar dengan tekun maka nilainya akan tinggi. Jika kurang perhatian kepada ilmu tersebut maka akan rendah pula nilainya. Dan juga perlu disadarkan kepada mahasiswa mengenai dampak tindak-tindak kecurangan yang dilakukan dalam memperoleh nilai. Bertindak curang akan merugikan diri mereka sendiri. Sebagai contoh mencontek saat ujian. Mahasiswa yang sering mencontek maka akan terbiasa untuk mendapatkan jawaban tanpa berpikir. Jika dilanjutkan akan berdampak pada kwalitas sumberdaya yang kurang mampu mengandalkan pikiran sendiri dan hanya menggantungkan pada orang lain. Dan saat dihadapkan dalam persoalan yang melibatkan dirinya tanpa ada bantuan dari orang lain, maka akan mengalami kesulitan.

Contoh lain ialah kehadiran semu. Mahasiswa seperti hadir namun sebenarnya tidak hadir. Praktek kehadiran semu ini antara lain ialah titip tandatangan. Yaitu mahasiswa yang tidak berangkat kuliah dan hanya menitip temannya untuk membubuhkan tandatangan palsu dalam absensinya. Hal ini sering dilakukan mahasiswa karena mudah dan didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi. Mahasiswa hanya tinggal SMS ke temanya untuk menitip absen. Cara yang lain adalah mengisi absensi sebelum dosen hadir. Yaitu, mahasiswa datang ke ruang kelas sebelum dosen, dan mengisi absensi lalu pergi setelah membubuhkan tandatangan pada absensi. Atau dengan cara menghadiri kelas sampai absensi beredar. Setelah absen beredar dan setelah membubuhkan tanda tangan mahasiswa ijin ke belakang dan tidak kembali. Cara yang lain ialah mahasiswa hadir dan megikuti kuliah namun perhatiannya bukan pada pelajaran tetapi pada hal-hal yang lain.

Dan masih banyak lagi cara-cara yang digunakan para mahasiswa. Namun apakah hal tersebut merupakan jalan terbaik? Hanya diri kita sendiri yang tahu. Alangkah bijaksananya jika kita mampu bersikap lebih dewasa. Kita tak perlu mengorbankan masa depan hanya untuk bersenang-senang di masa ini. Kita harus berjuang demi memperoleh masa depan yang lebih baik dari masa sekarang. Bukan sebaliknya, ber asik-asik membolos kuliah namun masa depan menjadi suram.

 

Satu pemikiran pada “Kehadiran Mahasiswa di Kelas, Kebutuhan atau Kewajiban

Tinggalkan komentar